Angin bertiup
dengan kencang. Satu persatu dedaunan mulai berterbangan mengikuti
arah angin membawanya. Pohon yang kokoh ikut terkoyahkan dengan suara
gemuruh angin. Langit yang tadinya cerah berubah menjadi gelap.
Tetesan air dari langit mulai berlomba turun ke bumi. Tanaman hijau
seakan bersorak melihat kehadiran hujan yang jatuh membasahinya.
Semua makhluk terlihat sibuk mencari tempat berteduh.
Hartono segera
memarkirkan sepeda motornya didalam rumah. Warga Mangkang Wetan ini
khawatir hujan yang turun dengan deras akan mendatangkan banjir.
Daerah tempat tinggalnya memang rawan akan banjir. Hampir di setiap
hujan turun dengan deras jalanan akan tergenang air sedalam 10 cm.
Daerah Mangkang Wetan, Kecamatan Tugu, Kota Semarang, Jawa Tengah ini
memang sering terjadi banjir. Entah apa sebabnya. Banjir yang
biasanya datang lima tahun sekali, sekarang bisa datang hampir setiap
musim hujan.
Banjir yang datang
seakan sudah seperti sarapan bagi masyarakat setiap bulan penghujan
datang. Masyarakat seakan sudah terbiasa dengan datangnya banjir.
Meski sudah terbiasa, tetapi mereka tetap tak ingin tempat tinggal
mereka terkena banjir. Banyak upaya yang telah dilakukan masyarakat
Mangkang Wetan untuk penanggulan banjir. Mulai dari tidak membuang
sampah sembarangan, membenahi saluran air serta penanaman pohon untuk
resapan air.
“Pembersihan
selokan selalu kita lakukan setiap hari minggu biar air tidak
membludak. Terus masyarakat juga mulai mencoba tidak membuang sampah
sembarangan terutama di sungai beringin” kata Rochamin (54), ketua
Rt 06/ Rw 03 Mangkang Wetan.
Perlu Kerja Keras
Masyarakat
Mangkang sudah bekerja keras dalam penanggulan banjir ini, tetapi
upaya yang dilakukan tidak akan cukup jika tak didukung oleh
pemerintah dan masyarakat lainnya. Pemerintah harus memikirkan
bagaimana banjir yang terjadi setiap musim hujan bisa diatasi dengan
baik. Diperluhkan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat dalam
menaggani masalah banjir.
Banyaknya sampah
yang berserakan dijalan, budaya masyarakat yang membuang sampah
disungai serta kurangnya kepedulian masyarakat akan lingkungan. Hal
ini menghasilkan dampak yang buruk akan keberlangsungan kehidupan di
masa depan. Diperlukan penangganan yang serius oleh pemerintah untuk
menciptakan budaya yang baru bagi masyarakat. Budaya akan kebersihan
dan kepedulian lingkungan harus segera digerakkan.
Untuk mengatasi
persoalan banjir di kota semarang memang tak mudah. Dimana setiap
tahun tanah dikota semarang mengalami penurunan satu centimeter.
Banyaknya pembangunan perumahan ataupun gedung-gedung tinggi di
tengah kota dan daerah atas, yang mana daerah atas seharusnya menjadi
daerah penyerapan air hujan serta pengundulan hutan yang kian marak
terjadi yang dilakukan oleh orang-orang tak bertanggung jawab.
Lapisan masyarakat
bawah maupun atas harus bekerja keras untuk mewujudkan kota semarang
bebas dari banjir, serta pemerintah harus turun langsung menangani
masalah banjir di kota semarang. peran pemerintah begitu besar dalam
penanganan banjir di kota Semarang.
Pelebaran sungai
Di setiap musim
penghujan datang air di sungai beringin hampir selalu meluap. Di
tambah banyaknya sampah yang mengalir di sungai membuat sungai
semakin terlihat kotor. “Kadang-kadang sungai jadi penuh dan
banjir, meskipun disini tidak hujan” ungkap Sulastri (37), warga
Mangkang Wetan lainnya.
Sulastri yang
rumahnya disamping sungai beringin selalu diliput rasa was-was ketika
musim penghujan datang. Tak hanya Sulastri, masyarakat Mangkang Wetan
juga merasakan hal yang sama. Masyarakat berharap pemerintah dengan
cepat dapat mengatasi masalah banjir ini.
Untuk menanggani
banjir di Mangkang Wetan. Pemerintah bermaksud melebarkan sungai
beringin. Rencananya pelebaran ini akan dilakukan sekitar lima
kilometer dari muara sampai ke kauman Mangkang Wetan. Luasnya sekitar
empat puluh meter ke arah timur.
“Kami dalam
proses pembebasan lahan” kata Ahmad Munif, Lurah di Mangkang Wetan.
Dalam upaya penangganan banjir di Mangkang wetan, pemerintah
bermaksud melebarkan sungai beringin. Pelebaran sungai beringin masih
dalam tahap pertama, dimana pada tahap pertama adalah proses
pembebasan lahan. Tetapi, masih ada sedikit perdebatan antara
masyarakat dengan pihak pemerintah tentang harga tanah dan ganti
rugi.
Nantinya rumah
yang tergusur karena proyek ini akan diganti. Rencananya rumah-rumah
yang kena gusur akan dipindahkan ke lapangan kalisasak kauman
mangkang wetan. Yang letaknya tidak jauh dari daerah yang akan
terkena gusur. “kemungkinan akan ada sepuluh rumah yang akan kami
pindahkan dan beberapa petak tanah milik masyarakat yang akan kita
ganti” lanjut Ahmad Munif.
Tata kota
Kurangnya daerah
resapan air di kota Semarang membuat sebagian besar desa di Kota
Semarang sering tergenang banjir. Pembangunan yang sedang
genjar-genjarnya dilakukan oleh pemerintah atau perusahaan swasta
membuat lahan hijau semakin habis. Penebangan pohon sembarangan serta
banyaknya pembangunan perumahan di daerah yang tak diseimbangi dengan
daerah penyerapan air serta pola masyarakat yang tidak peduli dengan
lingkungan membuat masyarakat yang tinggal di daerah bawah terkena
dampaknya.
Pemerintah harus
mulai melakukan gerakan penanaman seribu pohon. Tak hanya itu
pemerintah juga harus mampu mengendalikan daerah pemukiman dan
menggerakan akan budaya kebersihan dan peduli lingkungan kepada
masyarakat. Selain itu pemerintah juga harus sering melakukan
pengerukan sungai yang sudah ada sedimennya. Gerakan reboisasi juga
harus digalakkan oleh pemerintah. Harus ada penanaman kembali
hutan-hutan gundul.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar