Selasa, 17 Desember 2013

MENGHIDUPKAN KEMBALI TANAH HIJAU


Angin bertiup dengan kencang. Satu persatu dedaunan mulai berterbangan mengikuti arah angin membawanya. Pohon yang kokoh ikut terkoyahkan dengan suara gemuruh angin. Langit yang tadinya cerah berubah menjadi gelap. Tetesan air dari langit mulai berlomba turun ke bumi. Tanaman hijau seakan bersorak melihat kehadiran hujan yang jatuh membasahinya. Semua makhluk terlihat sibuk mencari tempat berteduh.
Hartono segera memarkirkan sepeda motornya didalam rumah. Warga Mangkang Wetan ini khawatir hujan yang turun dengan deras akan mendatangkan banjir. Daerah tempat tinggalnya memang rawan akan banjir. Hampir di setiap hujan turun dengan deras jalanan akan tergenang air sedalam 10 cm. Daerah Mangkang Wetan, Kecamatan Tugu, Kota Semarang, Jawa Tengah ini memang sering terjadi banjir. Entah apa sebabnya. Banjir yang biasanya datang lima tahun sekali, sekarang bisa datang hampir setiap musim hujan.
Banjir yang datang seakan sudah seperti sarapan bagi masyarakat setiap bulan penghujan datang. Masyarakat seakan sudah terbiasa dengan datangnya banjir. Meski sudah terbiasa, tetapi mereka tetap tak ingin tempat tinggal mereka terkena banjir. Banyak upaya yang telah dilakukan masyarakat Mangkang Wetan untuk penanggulan banjir. Mulai dari tidak membuang sampah sembarangan, membenahi saluran air serta penanaman pohon untuk resapan air.
“Pembersihan selokan selalu kita lakukan setiap hari minggu biar air tidak membludak. Terus masyarakat juga mulai mencoba tidak membuang sampah sembarangan terutama di sungai beringin” kata Rochamin (54), ketua Rt 06/ Rw 03 Mangkang Wetan.

 
Perlu Kerja Keras
Masyarakat Mangkang sudah bekerja keras dalam penanggulan banjir ini, tetapi upaya yang dilakukan tidak akan cukup jika tak didukung oleh pemerintah dan masyarakat lainnya. Pemerintah harus memikirkan bagaimana banjir yang terjadi setiap musim hujan bisa diatasi dengan baik. Diperluhkan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat dalam menaggani masalah banjir.
Banyaknya sampah yang berserakan dijalan, budaya masyarakat yang membuang sampah disungai serta kurangnya kepedulian masyarakat akan lingkungan. Hal ini menghasilkan dampak yang buruk akan keberlangsungan kehidupan di masa depan. Diperlukan penangganan yang serius oleh pemerintah untuk menciptakan budaya yang baru bagi masyarakat. Budaya akan kebersihan dan kepedulian lingkungan harus segera digerakkan.
Untuk mengatasi persoalan banjir di kota semarang memang tak mudah. Dimana setiap tahun tanah dikota semarang mengalami penurunan satu centimeter. Banyaknya pembangunan perumahan ataupun gedung-gedung tinggi di tengah kota dan daerah atas, yang mana daerah atas seharusnya menjadi daerah penyerapan air hujan serta pengundulan hutan yang kian marak terjadi yang dilakukan oleh orang-orang tak bertanggung jawab.
Lapisan masyarakat bawah maupun atas harus bekerja keras untuk mewujudkan kota semarang bebas dari banjir, serta pemerintah harus turun langsung menangani masalah banjir di kota semarang. peran pemerintah begitu besar dalam penanganan banjir di kota Semarang.
Pelebaran sungai
Di setiap musim penghujan datang air di sungai beringin hampir selalu meluap. Di tambah banyaknya sampah yang mengalir di sungai membuat sungai semakin terlihat kotor. “Kadang-kadang sungai jadi penuh dan banjir, meskipun disini tidak hujan” ungkap Sulastri (37), warga Mangkang Wetan lainnya.
Sulastri yang rumahnya disamping sungai beringin selalu diliput rasa was-was ketika musim penghujan datang. Tak hanya Sulastri, masyarakat Mangkang Wetan juga merasakan hal yang sama. Masyarakat berharap pemerintah dengan cepat dapat mengatasi masalah banjir ini.
Untuk menanggani banjir di Mangkang Wetan. Pemerintah bermaksud melebarkan sungai beringin. Rencananya pelebaran ini akan dilakukan sekitar lima kilometer dari muara sampai ke kauman Mangkang Wetan. Luasnya sekitar empat puluh meter ke arah timur.
“Kami dalam proses pembebasan lahan” kata Ahmad Munif, Lurah di Mangkang Wetan. Dalam upaya penangganan banjir di Mangkang wetan, pemerintah bermaksud melebarkan sungai beringin. Pelebaran sungai beringin masih dalam tahap pertama, dimana pada tahap pertama adalah proses pembebasan lahan. Tetapi, masih ada sedikit perdebatan antara masyarakat dengan pihak pemerintah tentang harga tanah dan ganti rugi.
Nantinya rumah yang tergusur karena proyek ini akan diganti. Rencananya rumah-rumah yang kena gusur akan dipindahkan ke lapangan kalisasak kauman mangkang wetan. Yang letaknya tidak jauh dari daerah yang akan terkena gusur. “kemungkinan akan ada sepuluh rumah yang akan kami pindahkan dan beberapa petak tanah milik masyarakat yang akan kita ganti” lanjut Ahmad Munif.
Tata kota
Kurangnya daerah resapan air di kota Semarang membuat sebagian besar desa di Kota Semarang sering tergenang banjir. Pembangunan yang sedang genjar-genjarnya dilakukan oleh pemerintah atau perusahaan swasta membuat lahan hijau semakin habis. Penebangan pohon sembarangan serta banyaknya pembangunan perumahan di daerah yang tak diseimbangi dengan daerah penyerapan air serta pola masyarakat yang tidak peduli dengan lingkungan membuat masyarakat yang tinggal di daerah bawah terkena dampaknya.
Pemerintah harus mulai melakukan gerakan penanaman seribu pohon. Tak hanya itu pemerintah juga harus mampu mengendalikan daerah pemukiman dan menggerakan akan budaya kebersihan dan peduli lingkungan kepada masyarakat. Selain itu pemerintah juga harus sering melakukan pengerukan sungai yang sudah ada sedimennya. Gerakan reboisasi juga harus digalakkan oleh pemerintah. Harus ada penanaman kembali hutan-hutan gundul.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar